Digitalisasi Dunia

Chips Neuralink Pertama: Menuju Revolusi Interaksi Manusia-Mesin

Astra Digital Assets AD· 15 April 2024
Astra Digital Assets

Pernahkah membayangkan untuk membalas sebuah pesan yang masuk ke messaging apps dengan menggunakan kekuatan pikiran, tanpa menggerakkan anggota badan atau tangan? Kedengarannya seperti fiksi ilmiah? Namun ternyata, saat ini hal itu bukanlah sekadar angan. 

 

Ada sebuah teknologi revolusioner yang dikembangkan oleh perusahaan Neuralink, milik Elon Musk. Bahkan, perangkat atau chip dari Neuralink ini telah berhasil diimplan ke otak manusia, dan memungkinkan untuk mengontrol komputer atau perangkat elektronik lainnya hanya dengan pikiran. 

 

Pencapaian luar biasa ini menandakan awal dari era baru di mana manusia dan alat elektronik dapat berinteraksi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi, sebenarnya teknologi apa itu? Bagaimana cara kerjanya? Apakah aman untuk diimplan ke otak manusia? Apa risiko dan dampak, serta potensi penggunaan dari adanya teknologi ini? 


 

zT-96-RorNkDNXYPb36lFxpWnSPdl7uHMXFkX8OhNQIkcsy9jF8Mw5LOVh6jOi2vUqHvu5w1WAkN-tyG1a-RPx9MibzF4zf5BJiMJYQK9H6bwBvtGJHEVKx-XD6NeljaqYKI_AgdLTRrpTr6ArU0Pqg


 

Gambaran tentang Neuralink dan The Link

 

Neuralink adalah startup neurotechnology yang didirikan oleh Elon Musk pada tahun 2016, dengan tujuan untuk membangun saluran komunikasi langsung antara otak dan komputer. Elon Musk sendiri dikenal sebagai founder SpaceX, perusahaan yang bergerak di bidang penerbangan luar angkasa, juga co-founder Tesla, produsen mobil listrik asal Amerika Serikat, serta kini menjadi pemilik dari platform media sosial X.

 

Dengan visinya yang ambisius, Neuralink diharapkan dapat meningkatkan kemampuan manusia, mengobati gangguan neurologis seperti Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) seperti yang pernah diidap oleh Stephen Hawking, seorang profesor Matematika yang dikenal dunia, lalu parkinson, dan mungkin suatu hari mencapai hubungan simbiotik antara manusia dengan kecerdasan buatan. 

 

Selain itu, Neuralink juga bisa membantu orang dengan paraplegia dan quadriplegia bisa kembali bergerak dan mengembalikan penglihatan kepada orang yang buta.

 

Untuk mencapai ambisi tersebut, Neuralink telah mengembangkan chip/implant yang disebut "The Link" dan berukuran sekecil koin. "The Link" akan ditanam di bawah tengkorak melalui operasi dan menerima sinyal dari benang saraf yang menyebar ke berbagai bagian otak yang mengendalikan gerakan tubuh. 

 

Setiap benang saraf itu memiliki sensor untuk merekam dan mengalirkan arus listrik. Sensor-sensor ini sangat halus dan fleksibel sehingga sulit dimasukkan dengan tangan manusia. Karena alasan itu, Neuralink mengembangkan robot bedah khusus untuk membantu dalam proses pemasangan.


 

z7gNzPSqljObMwDdjsIGkbmANwu0Ww3w5r2jrz35IDx2v_Kzsl_eqhWF_1h0_uTEhCY004E2MH_t6y_upTt7ePLQ3kGOEZnhp2Mtz4UhkvswOhiB9bQHlb2-KPollm8z6ccAu81EaX1fvHGMT2LYIuE

 

 

Cara Kerja “The Link” Mengontrol Perangkat Komputer

 

Otak manusia pada dasarnya berkomunikasi dengan listrik, dan sinyal ini bisa dipakai untuk mengontrol sebuah perangkat komputer. 

Karena itu, bila dibayangkan bahwa otak manusia seperti jaringan kabel listrik yang rumit. Maka di dalam jaringan kabel ini, sinyal kimia dan listrik akan terus menerus mengalir, memungkinkan neuron atau sel-sel otak untuk berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi ini terjadi di celah kecil antara neuron yang disebut sinapsis.

 

Lalu, dibutuhkan perangkat lain yang bernama elektroda untuk dapat menangkap aktivitas otak. Elektroda berguna seperti sensor yang mendeteksi perubahan tegangan listrik di otak saat neuron "menyala" atau saat manusia berpikir dan bertindak.

 

Hebatnya, aktivitas otak ini bisa diubah menjadi sinyal yang dapat dimengerti komputer. Karenanya, sekarang manusia bisa mengontrol komputer hanya dengan pikiran kita. Namun, Jangan dibayangkan bahwa Brain-Computer Interfaces (BCI), seperti The Link ini bisa membaca pikiran manusia secara langsung. Sebab, BCI hanya mengukur aktivitas otak dan menerjemahkannya menjadi tindakan.

 

Analoginya, sama seperti tekanan darah dapat diukur untuk mengetahui tingkat stres atau relaksasi seseorang, begitu pula dengan sinyal otak. BCI dapat mendeteksi berbagai hal, seperti apakah mata manusia terbuka atau tertutup, apakah juga sedang santai atau fokus, dan bahkan saat manusia sedang melakukan aktivitas tertentu.

 

Seiring waktu, dengan mempelajari pola aktivitas otak yang kompleks ini, BCI dapat menjadi lebih canggih dalam memahami apa yang manusia akan lakukan, memungkinkan juga untuk mengontrol komputer dan perangkat lain dengan pikiran dan dengan cara yang lebih alami serta intuitif.

 

BCI juga memiliki potensi untuk merevolusi cara manusia berinteraksi dengan dunia di sekitar. Namun perlu diingat, BCI masih dalam tahap pengembangan awal, dan masih banyak penelitian yang harus dilakukan sebelum teknologi ini dapat digunakan secara luas.

 

 

Status Pengembangan dan Izin Penggunaan “The Link”

 

Neuralink telah mencapai salah satu milestone mereka pada Mei 2023 lalu, di mana “The Link” menerima persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat untuk uji klinis pada manusia.

 

Sebelum mendapatkan persetujuan uji klinis pada manusia, Neuralink telah menguji implan ini pada tikus, mencit, monyet, domba, dan babi. Setelah mendapatkan perizinan, pada Januari 2024, Neuralink melakukan uji coba implan ini pada manusia pertama, Noland Arbaugh (29), seorang pasien yang mengalami lumpuh dari bahu ke bawah setelah kecelakaan menyelam.

 

Noland melakukan video streaming di X yang dahulu dikenal sebagai Twitter, untuk memberikan testimoni. “Operasinya sangat mudah. Saya benar-benar dibebaskan dari rumah sakit sehari kemudian. Saya tidak mengalami gangguan kognitif.” 

 

Selain itu, Noland juga bercerita tentang bermain catur dan game "Civilization" serta mengikuti pelajaran bahasa Jepang dan Prancis dengan mengendalikan kursor layar komputer dengan otaknya berkat bantuan “The Link”.

 

 

 

 

Meski demikian, mantan Direktur Program Rekayasa Saraf, National Institutes of Health  Amerika Serikat, Kip Ludwig mengingatkan bahwa penelitian ini masih dalam tahap awal pasca-pemasangan, dan masih banyak pembelajaran yang perlu dilakukan baik dari pihak Neuralink maupun dari pihak subjek untuk memaksimalkan jumlah informasi yang dapat dikendalikan. 

 

Namun, Ludwig juga tidak menyangkal bahwa terobosan ini merupakan perkembangan positif bagi pasien, sehingga mereka dapat berinteraksi dengan komputer dengan cara yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan sebelum adanya implan. "Ini tentu merupakan titik awal yang baik," katanya.

 

 

Risiko, Dampak dan Potensi “The Link” Bagi Manusia

 

Neuralink diyakini membuka potensi untuk memberikan banyak manfaat, diantaranya membantu penyandang disabilitas, sehingga dapat memulihkan kemampuan gerak, komunikasi, dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

 

Tak hanya itu, Neuralink juga dapat meningkatkan kinerja manusia, meningkatkan fokus, produktivitas, dan memori. Juga mendukung aktivitas medis dan kesehatan, seperti memantau kesehatan otak, mengembangkan perawatan baru, dan meningkatkan kualitas tidur. Serta meningkatkan kualitas hiburan dan interaksi, yakni pengalaman gaming yang lebih imersif, kontrol perangkat pintar, dan virtual reality (VR) yang lebih realistis.

 

Meski demikian, teknologi Neuralink juga memiliki beberapa potensi risiko yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut. Mulai dari cedera atau infeksi otak, efek samping fisik seperti pendarahan, sakit kepala, mual, atau kejang, efek samping psikologis seperti perubahan mood.

 

Lalu, reaksi alergi terhadap bahan yang diimplan, pergerakan benang dan kabel yang diimplan ke bagian lain otak, keamanan cyber, peretasan, dan invasi privasi hingga efek jangka panjang penggunaan yang belum banyak diketahui.

 

 

Neuralink: Sebuah Simfoni Pikiran dan Teknologi

 

Diakui atau tidak, Neuralink telah menandakan era baru di mana manusia dan teknologi dapat berkolaborasi, bukan bersaing. Terobosan ini membuka jalan bagi sebuah simfoni pikiran dan teknologi, di mana batasan fisik dan mental terhapuskan, dan potensi manusia terbebas. 

 

 

**

 

 

Glosarium

 

ALS: Amyotrophic Lateral Sclerosis, penyakit neurodegeneratif yang mengganggu saraf motorik, menyebabkan penurunan kemampuan bergerak dan berbicara secara progresif.

 

BCI: Brain-Computer Interface, teknologi yang memungkinkan interaksi langsung antara otak manusia dan perangkat eksternal seperti komputer, dengan mengandalkan sensor untuk merekam sinyal otak dan algoritma untuk menerjemahkannya menjadi perintah yang dapat dimengerti.

 

Paraplegia: Kondisi medis dimana seseorang kehilangan kemampuan untuk bergerak atau merasakan bagian tubuh bagian bawah, biasanya disebabkan oleh cedera pada tulang belakang di daerah leher atau punggung.

 

Parkinson: Gangguan saraf yang menyebabkan tremor, kaku pada otot, dan masalah gerakan lainnya karena kurangnya dopamine di otak.

 

Quadriplegia: Dikenal sebagai tetraplegia, yaitu istilah medis untuk kelumpuhan pada keempat anggota tubuh (kedua lengan dan kaki) dan batang tubuh, biasanya akibat cedera sumsum tulang belakang di leher.

 

 

**

 

 

Sumber Rujukan

 

AFP. (2024, Mar 22). “World's First Neuralink User Plays Chess Via Thought After Brain Implant”. Science Alert. https://www.sciencealert.com/worlds-first-neuralink-user-plays-chess-via-thought-after-brain-implant

 

Koss, H.(2024, Mar 21). “What Is Neuralink? What We Know So Far.”. Builtin. https://builtin.com/hardware/what-is-neuralink

 

Neuralink. https://neuralink.com

HUBUNGI KAMI

Ada pertanyaan?
Kami terbuka untuk berdiskusi dan melihat bagaimana kami bisa membantu Anda mewujudkan ide-ide yang ada.